Rss Feed Facebook Twitter Google Plus

post:


الأربعاء، 16 يناير 2013

Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi dan Sejarah Silat Kumango


Silat Kumango adalah salah satu seni beladiri hasil dari kebudayaan masyarakat Minangkabau. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa narasumber, asal nama “Kumango” pada Silat Kumango berasal dari nama daerah tempat Silat ini tumbuh dan berkembang yaitu Nagari Kumango yang terletak di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Berbicara tentang sejarah dan perkembangan Silat Kumango tidak lepas dari pengalaman dan perjuangan dari Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi, yaitu seorang putra asli dari Nagari (desa) Kumango.
Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi

Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi dilahirkan pada tahun 1802 masehi, mempunyai nama kecil Alam Basifat. Sebelum beliau menjadi guru besar silat dan guru besar agama Islam beliau ini adalah seorang pemuda Kumango yang sangat berani dan pantang kalah dalam hal apapun. Oleh karena itu beliau sangat desegani dan ditakuti oleh orang-orang seumuran beliau. Karena sifatnya yang seperti itu banyak pemuda-pemuda yang tidak senang dengan beliau, sehingga datang niat jahat untuk menghabisi beliau dengan membacok beliau dari belakang ketika beliau bangun untuk sholat subuh. Setelah menghabisi beliau, pemuda-pemuda tersebut pergi meninggalkan tempat kejadian (surau) dengan senang hati. Belum jauh pemuda-pemuda itu pergi dari tempat kejadian, tiba-tiba terdengar kumandang adzan subuh di tempat kejadian (surau). Ternyata yang adzan adalah beliau (Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi). Alangkah terkejutnya pemuda-pemuda tadi, ternyata yang dibacok dan dicincang mereka adalah sebuah batang pisang. Kemudian dengan secepat kilat beliau menghilang dari pandangan pemuda-pemuda tadi.
Karena merasa terancam setelah kejadian tersebut beliau pergi dan menghilang dari Nagari Kumango, sebelum pergi beliau sempat minta izin kepada isterinya yang sedang mengandung anak beliau tiga bulan. Beliau pergi tanpa tujuan. Tak seorang pun masyarakat Nagari Kumanago mengetahui kemana beliau pergi, termasuk isterinya. Sepeninggal beliau, pada tahun 1852 lahirlah seorang anak laki-laki (yang sekarang bermakam tepat di sebelah beliau di Surau Subarang Kumango). Anaknya beliau beri nama (setelah berjumpa ketika anak beliau sudah dewasa) M. Dalil Angku Gadang.
Berpuluh-puluh tahun kemudian masyarakat kumango mendapatkan kabar bahwa salah seorang dari Nagari Kumango menjadi guru besar silat dan pengembangan ajaran agama Islam di Negara Malaysia. Mendengar kabar tersebut, pihak keluarga dan masyarakat langsung mengirimkan surat kepada beliau untuk kembali ke Nagari Kumango. Beliau membalas surat tersebut dan menyatakan ingin kembali ke Nagari Kuamango dengan permintaan agar dibangun sebuah surau di belakang kampung ditepi sungai. Dengan senang hati dan penuh semangat keluarga dan masyarakat di Nagari Kumango membuatkan sebuah surau sesuai dengan permintaan beliau. Setelah surau telah selesai dibangun, beliau kembali di kirimi sebuah surat ke Malaysia oleh keluarga dan masyarakat Nagari Kumango. Konon pada waktu itu beliau sudah menikah lagi di Malaysia dan mempunyai empat orang anak. Beberapa tahun kemudian, akhirnya beliau kembali ke Nagari Kumango dengan membawa seorang anaknya dari Malaysia yang bernama Angku Saleh.
Surau Subarang Kumango

Pada awalnya surau tersebut beratapkan ijuk, yang beliau namakan surau bulek. Setibanya di Nagari Kumango beliau lansung menuju surau yang telah dibuatkan oleh keluarga dan masyarakat yang kemudian beliau beri nama Surau Subarang. Kemudian masyarakat beramai-ramai bersama beliau untuk menimba ilmu yang beliau anut yaitu agama Islam dengan pengajiannya yang bernama tarekat Samaniyah-Naqsabandiah-Khalidiah dan Silat Kumango yang ajarannya didapat beliau sewaktu beliau berada di Mekkah yang pegajiannya di Jabal Qubis didapat dari gurunya Syekh. Bahaudin Sanaq Sabandiah, sedangkan pelajaran silat diambil lansung di makam Rasulullah dengan gurunya Syekh. Saman dan Nabi Qoidir.
Silat kumango sangat erat hubungannya dengan agama islam dan pengajian yang diamalkan yaitu tarekat Samaniyah yang falsafahnya dalam bahasa Minangkabau berbunyi :
silek lahia mancari kawan
silek bathin mancari Tuhan
Yang artinya adalah secara lahiriah Silat Kumango bertujuan untuk mencari teman, bukan untuk mencari musuh. Berguna untuk bertahan apabila diserang oleh musuh. Sedangkan secara lahiriah Silat Kumango semata-mata hanya berfungsi mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan menjalani perintahnya dan menjauhi larangannya. Hal ini senada dengan falsafah hidup masyarakat minangkabau yaitu :
Adat Basandi Syarak
Syarak Basandi Kitabullah
Yang maknanya adat bersendikan syari’at (agama), agama bersendikan Kitabullah (Al-Quran).
Inilah dasar dari pengajian dan Silat Kumango yang sekarang sudah berkembang ke luar Nagari Kumango, bahkan saat ini Silat Kumango sudah berkembang sampai ke luar negeri seperti Malaysia dan Belanda. Saat ini banyak murid-murid dari pengajian yang berasal di luar Nagari Kumango sering berdatangan ke Nagari Kumango, tepatnya ke Surau Subarang, mereka berziarah untuk mengenang jasa yang beliau tinggalkan yaitu silat dan pengajian tarekat yang telah diamalkan oleh murid-murid dan jemaah sampai sekarang. Dari dulu sampai sekarang kegiatan silat dan pengajian selalu dilakukan bersamaan di Surau Subarang. Tetapi saat ini kegitan Silat sudah sangat jarang dilakukan dikarenakan oleh beberapa hal. Hanya pengajian tarekat yang sekarang rutin dilakukan pada setiap kamis malam yang gurunya terdiri dari guru-guru tuo silek di Nagari Kumango.

sumber : majalah alkisah
http://aladamyarrantawie.blogspot.com/
http://www.facebook.com/Para.Pecinta.Habaib.dan.Ulama
http://www.facebook.com/SYAFAAH.dan.BAROKAH
Read more

Tarekat Sanusiyyah: Gerakan Spiritual Kebangkitan Libya

N.E. Brutsen dalam bukunya, Tarikh Libya Fi Al Ashri Al Hadits: Muntashif Al Qurn Al Sadisa Al Ashara-Mathla’i Al Isyrin, meriwayatkan peristiwa yang terjadi pada abad ke-19. Saat itu, imperium Turki Ottoman (selanjutnya disingkat TO) mulai rapuh. Daulah Islam terakhir di dunia itu tidak mampu membendung arus ekspansi Barat. Penyebab melemahnya TO, menurut para tokoh muslim kala itu, adalah akibat kemunduran ekonomi di dunia Islam, selain kemerosotan pada bidang budaya karena pembesar-pembesar Turki bermental dan moral bejat serta mendewakan gaya hidup hedonis.

Hal ini mengundang keprihatinan sebagian tokoh-tokoh muslim. Antara lain, Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Ajakan mereka merekonstruksi Islam (islah al Islam) mendapat respons positif dari dunia Islam. Maka, dengan cepat gemanya menyebar ke mana-mana. Di antara isi seruan tersebut mengajak umat Islam untuk menata kembali perekonomian, pengetahuan, dan keilmuan serta wawasan dan meninggalkan kejumudan berpikir. Berada di belahan wilayah TO nun jauh (dari kedua tokoh tersebut) lahir sebuah gerakan tarekat bernama Tarekat Sanusiyyah yang dibidani oleh Syaikh Muhammad Ali As-Sanusi. Tarekat Sanusiyyah bukan semata-mata tarekat biasa, melainkan ia adalah sebuah gerakan. Gerakan tajdid dan islam. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1837.

Syaikh Ali As-Sanusi dilahirkan di Mostaganem, Aljazair, pada tahun 1787. Syaikh Muhammad Ali as-Sanusi adalah seorang ulama yang ikhlas dan suka merendahkan dirinya. Beliau menyeru kepada ijtihad dan memerangi taqlid. Oleh karena itu, beliau telah mencapai kemajuan yang pesat di atas jalan keruhanian. Tarekatnya bebas dari syirik dan khurafat. Tersebar luas hingga ke Selatan Afrika, Sudan, Somalia dan sebahagian negara Arab. Gerakan ini terpengaruh oleh al-Imam Ahmad bin Hanbal, dan Abu Hamid al-Ghazali.
Dalam berdakwah kepada Allah, gerakan ini menggunakan cara lembut dan berhikmah. Mereka menekankan dalam kerja-kerja tangan dan senantiasa berjihad Fi Sabilillah menentang penjajah, Salibi dan sebagainya.

Syaikh Ali As-Sanusi mendalami tasawuf di Marokes, Maroko. Ia tidak hanya pakar agama, dalam memimpin (leadership) pun jagonya. Saat TO membentuk tim pergerakan renaissance Eropa, Syaikh Ali As-Sanusi adalah salah satu orang anggotanya. Namun, tidak jelas latar penyebabnya tiba-tiba tarekat yang ia pimpin menjadi oposisi utama TO. Berbekal kemampuannya memimpin, Syaikh Ali As-Sanusi menyebarkan terekatnya sampai membentang ke timur masuk ke Mesir. Di selatan pengikutnya tersebar di Sudan dan Chad. Pengikut Sanusiyyah juga berada di Aljazair dan Tunisia. Dengan modal berbahasa Inggris di Sudan dan Prancis di Chad, Syaikh Ali As-Sanusi melanjutkan misinya memasuki wilayah Koufra pada rute Karavan, antara Wadai dan Benghazi, sejak tahun 1894.

Secara riil misi gerakan ini adalah memurnikan kembali ajaran Islam ke doktrin yang murni dan mendirikan negara Islam. Namun, isu-isu yang dilontarkan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani menghambat penyebaran tarekat Sanusiyyah. Sebab, menurut Nicola Ziyadah, ”Seruan mereka berdua lebih modern dari pada gerakan tarekat Sanusiyyah dan gagasan-gagasannya juga lebih komprehensif, maka lebih mudah diterima oleh masyarakat Arab.” Selain itu, masih menurut Nicola, gagasan mereka sesuai dengan konteks dan memiliki korelasi yang kuat dengan pemikiran masyarakat Arab.

Meskipun demikian, penduduk Tripoli tetap menjadi pengikut setia tarekat Sanusiyyah. Apalagi setelah tokoh perjuangan Libya yang melegenda, Omar Al Mukhtar, menjadi pengikut fanatik sekte sufi ini. Bergabungya Al Mukhtar menjadi udara segar. Ia seorang pejuang yang mampu membuat pasukan Italia terserang ”migren.” Lion of the Desert dari Libya itu bagi Italia adalah duri dalam daging. Kemampuan diplomasinya yang luar biasa mampu menyatukan suku-suku Libya yang sejak lama terkotak-kotak akibat termakan fitnah Italia yang memecah-belah suku.

The International Magazine on Arab Affair Special Report mencatat peran anggota Sanusiyyah nan perkasa itu, ”Bagi tentara Italia yang jauh lebih kuat persenjataan, para pejuang Libya barangkali hanyalah sekelompok orang bersenjata tidak berarti. Namun, dibawah pimpinan Omar Al Mukhtar, para pejuang itu membuat Italia berperang tanpa akhir di padang pasir. Mereka datang bagaikan burung Ababil ketika membuat tentara Abraham porak-poranda saat menyerang Kabah.” Al Mukhtar tetaplah Al Mukhtar, seonggok daging sama seperti manusia yang lain. Setangguh apapun ia, kematian pasti mampir jua. Persenjataan yang tidak seimbang cukup sebagai alasan untuk membuat para pejuang Libya ”kelelahan.” Al Mukhtar tertangkap di padang Koufra. Kemudian, dihukum gantung di hadapan pengikutnya pada 1932.

Akan tetapi, jika prediksi Italia digantungnya pengikut fanatik tarekat Sanusiyyah ini akan memadamkan gerakan anggotanya yang lain, maka prediksi tersebut salah besar. Justru kesyahidannya membakar generasi muda Libya untuk bisa mewujudkan harapan bersama: Libya harus merdeka.
Pada 31 Januari 1942, anak-anak muda Libya yang sedang study di Kairo mendeklarasikan Jam’iyyah Omar Al Mukhtar dengan misi: mencapai kemerdekaan Libya (Izzuddin Abdussalam, Tarikh Libya Al Muashir Al Siasi Wa Al Ijtimai). Akhirnya, perjuangan tarekat Sanusiyyah mendirikan negara independen terwujud pasca-Perang Dunia ke II atas bantuan Inggris dan Soviet dan mendapatkan pengakuan dari PBB. Dan salah seorang cucu pendiri tarekat ini, Idris Sanusi, diangkat sebagai raja Libya pertama pada tahun 1952 dengan nama Raja Idris I.

Demikianlah sekilas tentang peran tarekat sufi (Sanusiyyah) bagi kebangkitan nasional (Libya). Mulai saat menjadi oposisi dinasti Utsmaniyyah sampai menyingkirkan penjajah Italia, dan menjadi orang nomor satu di Libya. Walaupun umur pemerintahannya seumur jagung saja. Setelah salah seorang perwira muda, Moammar Khadafy, yang baru pulang dari Inggris melakukan revolusi tidak berdarah (1969), dinasti (tarekat) Sanusiyyah berakhir.
Read more

Sejarah Tarekat Sammaniyah

Tarekat Sammaniyah merupakan salah satu cabang dari Tarekat Syadziliyah
Di samping Naqsyabandiyah, Syattariyah, Qadiriyah, dan Syadziliyah, umat Islam juga mengenal adanya Tarekat Sammaniyah. Tarekat Sammaniyah merupakan salah satu cabang dari Tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Syaikh Abu Hasan Ali Asy-Syazili (wafat 1258) di Mesir. Pendiri Tarekat Sammaniyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-Hasani Al-Madani (1718-1775 M).

Tarekat ini berhasil membentuk jaringan yang sangat luas dan mempunyai pengaruh besar di kawasan utara Afrika, yaitu dari Maroko sampai ke Mesir. Bahkan, memperoleh pengikut di Suriah dan Arabia. Aliran tarekat ini lebih banyak menjauhkan diri dari pemerintahan dan penguasa serta lebih banyak memihak kepada penduduk setempat, di mana tarekat ini berkembang luas. Salah satu negara Afrika yang banyak memiliki pengikut Tarekat Sammaniyah adalah Sudan. Tarekat ini masuk ke Sudan atas jasa Syaikh Ahmad At-Tayyib bin Basir yang sebelumnya belajar di Makkah sekitar tahun 1800-an.

Pemimpin Tarekat Sammaniyah di Sudan yang terkenal ialah Syaikh Muhammad Ahmad bin Abdullah (1843-1885) yang pernah memproklamasikan dirinya sebagai Imam Mahdi (pemimpin yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh masyarakat). Ia adalah seorang pemimpin dan anggota Tarekat Sammaniyah yang sangat saleh dan kehadirannya dinanti-nantikan oleh masyarakat Sudan.

Syaikh Muhammad Ahmad menghendaki adanya perbaikan-perbaikan terhadap praktik-praktik keagamaan sesuai dengan agama Islam yang benar. Ia memberikan berbagai perintah tentang bermacam-macam aspek keagamaan, seperti pengasingan (pingitan) terhadap kaum wanita dan pembagian tanah kepada rakyat, dan berusaha memodifikasi berbagai praktik keagamaan masyarakat Sudan yang pada waktu itu dilakukan sebagai tradisi. Ini semua bertujuan untuk menyesuaikan tradisi mereka dengan ajaran-ajaran syariat.

Syaikh Muhammad Ahmad juga menentang pemakaian jimat, penggunaan tembakau dan alkohol, ratapan wanita pada upacara pemakaman jenazah, penggunaan musik dalam prosesi keagamaan, dan ziarah ke kuburan orang-orang suci (wali). Dalam rangka meniru hijrah Nabi Muhammad Saw., ia dan para pengikutnya mengasingkan diri di Pegunungan Kardofan, lalu menyebut diri mereka sebagai Anshar (penolong) Nabi Muhammad Saw. Lebih jauh, kelompok ini berhasil membentuk pemerintahan revolusioner dengan organisasi militer yang sangat rapi dan mempunyai sumber keuangan yang teratur serta administrasi yang baik.

Amalan Tarekat Sammaniyah
Ciri-ciri Tarekat Sammaniyah adalah berdzikir La Ilaha Illa Allah dengan suara yang keras oleh para pengikutnya.

Dalam mewiridkan bacaan dzikir, para murid Tarekat Sammaniyah biasa melakukannya secara bersama-sama pada malam Jumat di masjid-masjid atau mushala sampai tengah malam.

Selain itu, ibadah yang diamalkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Sammani adalah shalat sunah Asyraq (setelah Subuh) dua rakaat, shalat sunah Dhuha sebanyak 12 rakaat, memperbanyak riyadhah (melatih diri lahir batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT), dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi.

Berikut adalah beberapa ajarannya yang terkenal;
Pertama, memperbanyak shalat dan dzikir.
Kedua, bersikap lemah lembut kepada fakir miskin.
Ketiga, tidak mencintai dunia.
Keempat, menukarkan akal basyariyah (kemanusiaan) dengan akal rabbaniyah (ketuhanan).
Kelima, menauhidkan Allah SWT, baik dalam Dzat, Sifat, maupun Af'al-Nya.

Read more